Herbal atau herb dalam bahasa inggris, menurut
Wikipedia adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih
dalam pengobatan. Herbal adalah semua jenis tanaman yang mengandung bahan atau
zat aktif yang berguna sebagai terapetik. Herbal kadang juga disebut sebagai
tanaman obat.
Kandungan zat atau bahan yang
terdapat dalam herbal ternyata sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan
manusia yang mengkonsumsinya. Apalagi sejumlah temuan dan hasil uji
laboratorium makin melengkapi khasanah manfaat berbagai jenis tanaman herbal. Kandungan
zat aktif dalam tanaman herbal bukan hanya bersifat menyembuhkan dan mengatasi
penyebab penyakit namun juga meningkatkan daya tahan dan kualitas kesehatan
tubuh.
Herbal Indonesia
Menurut wikipedia, herbal atau
herba adalah sebutan populer untuk jamu. Hal ini dapat diartikan bahwa di Indonesia
sudah lama mengenal herbal dengan sebutan jamu. Demikian ini cocok karena jamu
dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang
(akar-akaran), daun-daunan, buah dan kulit batang. Bahkan ada juga menggunakan
bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya. Jamu
biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya
lebih dapat ditoleransi peminumnya.
Di Indonesia terdapat profesi
penjual jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman yang
sehat dan menyegarkan. Selain itu jamu juga diproduksi di pabrik-pabrik jamu
oleh perusahaan besar seperti Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer atau Djamu Djago,
dan dijual di berbagai toko obat dalam kemasan sachet. Jamu seperti ini harus dilarutkan
dalam air panas terlebih dahulu sebelum diminum. Pada perkembangan selanjutnya
jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet dan kapsul.
Mengapa herbal ?
Sebelum menjawab pertanyaan
diatas, mungkin perlu melihat dua hadist Rasulullah SAW di bawah ini.
“ Dari Usamah bin Syuraik, beliau
berkata, "Aku pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
lalu datanglah serombongan orang Badui. Mereka berkata, "Wahai,
Rasulullah! Perlukah kita berobat?" Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
menjawab, "Ya! Wahai, hamba-hamba Allah! Berobatlah kalian, karena
sesungguhnya Allah Shubhaanahu wa Ta'ala tidak menurunkan suatu penyakit
kecuali Dia telah menurunkan pula penawarnya, kecuali satu penyakit."
Beliau ditanya, "Penyakit apakah itu?" RasulullahShallallahu 'Alaihi
wa Sallam menjawab, "Ketuaan." Dalam suatu riwayat disebutkan,
"Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Allah telah
menurunkan penawarnya, hanya diketahui oleh orang-orang yang mengetahuinya dan
tidak diketahui oleh orang-orang yang tidak mengetahuinya." (HR.Ahmad, Abû
Dâwûd dan At-Tirmidzî, hasan shahîh). ”
“ Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat, dan
menjadikan untuk setiap penyakit penawarnya. Maka berobatlah, dan janganlah
kalian berobat dengan sesuatu yang haram." (HR. Abû Dâwûd dan Al Baihaqî).”
Ya, dari dua hadist Rasulullah
SAW diatas, dapat disimpulkan bahwa Islam sangat menganjurkan bahkan wajib
untuk berobat saat sakit. Bagi kalangan umum, dokter
maupun rumah sakit adalah tempat untuk berobat. Namun dengan munculnya
keragaman penyakit, dan semakin mahalnya biaya untuk berobat, baik kedokter
maupun rumah sakit, masyarakat semakin takut untuk berobat sehingga muncul
stigma di kalangan masyarakat yaitu orang miskin dilarang sakit.
Herbal datang sebagai solusi
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam bersabda, "Setiap penyakit itu pasti ada obatnya. Oleh karena
itu, barangsiapa yang tepat dalam melakukan pengobatan suatu penyakit, maka
dengan izin Allah dia akan sembuh." (HR. Muslim).”
“Demikian pula dalam sabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Penyembuhan terdapat dalam tiga
hal; sayatan alat bekam, tegukan madu dan sundutan api. Dan aku melarang
ummatku melakukan pengobatan dengan sundutan api." (HR. Bukhârî).”
“Dari Abu Hurairah rodhiyallahu
`anhu, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : ” Dalam Habbatus
Sauda’ ada obat dari segala penyakit, kecuali as-Saam”. Ibnu Syihab (seorang
rawi hadits ini) mengatakan : “as-Saam adalah kematian, dan Habbatus [HR.
Bukhori, dalam Kitab at-Thibb, bab al-Habbatus Sauda’, Hadits no. 5688]”
“Dari `Aisyah radhiyallahu `anha,
Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : ” Sesungguhnya Habbatus
Sauda’ ini adalah obat dari segala penyakit, kecuali as-Saam”. Aku berkata
(Perawi hadits ini, yakni Kholid bin Sa’ad): “apa itu as-Saam?” dijawab (yakni
oleh Ibnu Abi Atiq): “Kematian”. [HR. Bukhori, dalam Kitab at-Thibb, bab
al-Habbatus Sauda’, Hadits no. 5687]”
“Dari Abu Hurairah rodhiyallahu
`anhu, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah ada suatu
penyakit, kecuali dalam Habbatus Sauda’ terdapat kesembuhan baginya, kecuali
as-Saam (kematian)” [HR. Muslim, dalam Kitab as-Salaam, bab at-Tadawi bil
Habbatis Sauda’. Hadits no. 2215]”
Dari kelima hadist diatas, dapat
disimpulkan bahwasanya setiap penyakit ada obatnya dan madu serta habbatussauda
adalah obat untuk segala macam penyakit, kecuali kematian.
Untuk madu, dengan
mudah dapat kita ditemui dalam bentuk yang beranekaragam. Ada yang di bungkus
secara tradisional dengan menggunakan botol kaca dan ada pula yang berbentuk
sachet. Ada yang murni maupun beraneka rasa. Untuk yang beraneka rasa, biasanya
diperuntukkan untuk anak – anak.
Untuk habbatussauda, saat inipun
sangat mudah ditemukan. Ada yang hanya ditumbuk, ada pula yang berbentuk
minyak, bahkan ekstrak. Ada yang menggunakan kapsul namun ada pula yang
berbentuk cair. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing konsumen.
Herbal merupakan solusi untuk
menyikapi semakin beragamnya jenis penyakit dan semakin mahalnya biaya
pengobatan. Herbal tidak mengenal batasan usia, dari anak - anak sampai orang tua. Bahkan herbal tidak mengenal gender, laki-laki dan wanita dapat mengunakannya. Apalagi herbal merupakan tanaman alam sehingga sangat berguna
sebagai pengobatan alami yang tidak memberikan efek samping seperti yang
justru terjadi pada penggunaan obat-obat medis dan tentu saja dengan biaya yang sangat terjangkau. Lalu, mengapa tidak herbal ?
(NPF)
(NPF)
0 comments:
Post a Comment